Impuls dapat dikatakan sebagai ”aliran
listrik” yang merambat pada serabut saraf. Jika sebuah serabut saraf tidak
menghantarkan impuls, dikatakan bahwa serabut saraf tersebut dalam keadaan
istirahat. Impuls dapat dihantarkan melalui sel saraf dan sinapsis.
a. Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf
istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira –60 mV,
sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif. Keadaan muatan
listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membran
serabut saraf
dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat melalui sebuah
akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi positif, kira-kira
+60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada
potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut potensial kerja. Pada
saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi
merambat sepanjang serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls.
Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran merambat sepanjang serabut
saraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi
potensial istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira
1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.
Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter
per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5
meter per detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls
saraf, yaitu selaput myelin dan diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang
bermyelin, depolarisasi hanya terjadi pada nodus ranvier sehingga terjadi
lompatan potensial kerja, akibatnya implus saraf lebih cepat merambat. Semakin
besar diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.
b. Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruron dengan
ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit membengkak membentuk
bonggol yang disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut
terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis. Gelembung-gelembung
sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter yang berperan
penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. Ada berbagai macam neurotransmitter, antara lain asetilkolin
yang terdapat pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin
yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin
yang terdapat di otak.
Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat
celah sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran
postsinapsis dari sel saraf berikutnya atau membran efektor. Apabila
impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis
akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu neurotransmitter,
ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter ini.
Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran
postsinapsis. Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan
terjadinya depolarisasi pada membran postsinapsis dan terjadilah potensial
kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya. Dengan
demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan
zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf berikutnya dengan cara
rambatan potensial kerja.
Apabila
neurotransmitter sudah melaksanakan tugas, neurotransmitter
akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinapsis, Misalnya,
apabila neurotransmitter berupa asetikolin maka enzim yang
menguraikannya adalah enzim asetilkolinesterase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar